Chapter 243: Kekecewaan Shlypy
Tak terasa malam hari tiba.
Setelah mengumpulkan sumber daya berupa kayu berkualitas tinggi yang terkumpul, berbagai tanaman obat langka, bahan bahan bumbu masakan penambah kelezatan, dan tanaman langka sebagai hiasan vas bunga.
Storm bersama lainnya beristirahat sebelum pulang membawa hasil sumber daya yang telah mereka kumpulkan secara susah payah.
Dimomen itu pula Eltypo dan Carol duduk bersampingan sambil berpegangan tangan begitu mesranya. Tidak mau kalah, Asgart dan Emily melakukan hal yang sama sebab mereka baru saja menyatakan perasaan.
"Mereka membuatku iri saja!"
Wildses mengelus dengan wajah jelek sambil tidur dibawah pohon tidak jauh dari api unggun.
"Aku merasa dunia tidak begitu adil kepada kita!"
Lars tak kalah pusingnya dan duduk didepan api unggun meratapi hidupnya yang tidak seberuntung Eltypo dan lainnya.
Tidak jauh dari sana.
Shylpy duduk diatas batang kayu yang tumbang, didekat api unggun. Shylpy terus menatap Rem yang sejak tadi diam tanpa ekspresi sama sekali.
Jujur saja Shlypy merasa nyaman didekatnya dan selalu ingin bersamanya. Hanya saja dia malu mengakui perasaannya sendiri secara terang terangan.
"Rem...
Shylpy memberanikan diri memanggil pemuda tampan nan dingin itu.
"Hmm?"
Storm hanya berdehem saja tanpa menoleh kearah Shlypy memanggilnya.
Shlypy bisa melihat bahwa Rem seperti memandangi bintang dilangit malam dengan tatapan kosong. Entah apa yang dilakukan olehnya, dia sama sekali tidak bisa memastikannya.
Tetapi Shylpy harus berani memberanikan diri menyatakan perasaannya sendiri.
"Malam yang indah ya?"
Shlypy mencoba mengalihkan perbincangannya agar tidak canggung.
Storm tidak menggubris sikap Shylpy terkesan mencuri perhatian terhadapnya. Storm' memandang bintang diangkasa malam disana karena satu hal.
"Arabels?"
Storm teringat pacarnya yang sedikit meresahkan tetapi sangat begitu peduli terhadapnya.
Seperti apa yang dikatakannya waktu itu, bahwa apabila mereka berdua saling merindukan satu sama lain. Maka tataplah bintang dilangit malam.
Sebab jarak tak akan mengubah rasa rindu ingin bertemu kembali. Sejauh apapun bintang menerangi kegelapan pastinya akan hancur juga jika waktunya tiba.
"Aku tidak boleh larut dalam lamunanku sendiri!"
Storm menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Dia tidak mau terus memikirkan Arabels, ada Velora yang melinduginya tanpa dia sadari. Seharusnya Arabels tetaplah aman sebab salah satu Grivver bersembunyi dialam bawah sadarnya.
Storm kembali serius dengan bersikap dingin seperti biasanya.
"Kau benar, malam ini terasa indah!"
Storm membenarkan perkataan Shlypy seperti mengajaknya berbicara mencairkan suasana.
"Rem, ada yang ingin kusampaikan padamu...
"Apa kamu bisa mendengarkan--
"Maaf Shylpy, aku tahu semua isi hatimu!"
Storm memotong perkataan gadis kelinci itu sambil mengusap kepalanya dengan senyuman dipaksakan.
"Apa maksudnya? Aku sama sekali tidak mengerti?"
Shylpy merasa bingung dan dengan jantung berdegup kencang bertanya maksud arti dari perkataannya itu.
"Aku tahu kamu menaruh hati kepadaku bukan? Namun maafkan aku jika aku menolaknya...
"Aku sudah mempunyai kekasihku sendiri dan aku tidak bisa melepas janji bersama kami!"
Storm berucap serius tanpa berbohong sama sekali.
Semua itu baik dari perasaan hingga ingin menyatakan semuanya telah dia ketahui. Dan Storm sama sekali menolaknya karena masih ada hati yang harus dia jaga.
"Deg!
Perkataan Rem bagai petir menyambar ditubuhnya.
Shylpy lemas seketika dengan wajah terkejut dan rasa sedih yang mendalam.
Dari awal memang dia telah menyukainya bahkan berusaha menutupinya dengan rasa gengsinya sendiri. Namun kini semua terdengar jelas jika Rem telah memiliki kekasihnya sendiri.
"Kalau begitu maaf karena telah lancang menganggu waktumu!"
Wajah Shylpy menunduk menahan tangisnya sambil memaksakan lidahnya berucap.
Ternyata begitu pahit menerima kenyataan ini semua. Laki laki yang dia kagumi sejak awal rupanya memiliki pasangan hidupnya sendiri.
Shlypy menyesal dan seharusnya dia tidaklah bodoh membuatnya terpuruk seperti ini. Tetapi semua terlambat, Shlypy harus menerima fakta yang sulit dicerna dengan nyata.
"Tidak masalah, tidak perlu bersedih Shylpy...
"Aku hanya berharap kau menemukan pilihanmu sendiri tanpa harus mengharapku!"
Storm sedikit merasa bersalah karena telah membuatnya bersedih.
Dengan ragu Storm kembali berusaha bersikap tenang dan tidak memperdulikannya. Hati kecilnya merasa bersalah tetapi malas mengakuinya.
Storm hanya bisa berharap bahwa Shylpy mengerti keadaannya. Terutama tidak perlu mengharapkannya kepada hal yang mustahil untuk didapatkannya.